IBU, DUSTAMU BEGITU INDAH
cerita ini aku temukan di laman facebook yang linknya di bawah gan. menurut saya ini bagus untuk kita baca.
cerita ini aku temukan di laman facebook yang linknya di bawah gan. menurut saya ini bagus untuk kita baca.
Bismillahir-Rah
maanir-Rahim ...
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
“Makanlah nak, aku tidak lapar”
KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh besar, ibu yang gigih sering meluangkan waktu
senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan
hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhanku.
Sepulang memancing, ibu memasak sup daging ikan yang segar dan mengundang
selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping aku dan memakan
sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang
ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu
menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat
menolaknya, ia berkata :
“Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan”
KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
“Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan”
KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku,
ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel,
dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan
hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu
masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya
menempel kotak korek api. Aku berkata :”Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata :
“Cepatlah tidur nak, aku tidak capek”
“Cepatlah tidur nak, aku tidak capek”
KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi
ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai ibu yang tegar dan gigih
menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika lonceng
berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan
menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang
begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih
kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk
ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :
“Minumlah nak, aku tidak haus!”
KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
“Minumlah nak, aku tidak haus!”
KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus
membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah
dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin
parah, ada paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu
ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah
rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku
untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
nasehat mereka, ibu berkata :
“Saya tidak butuh cinta”
KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
“Saya tidak butuh cinta”
KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia
rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering
mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu
bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang
tersebut. Ibu berkata :
“ Anakku, Ibu masih punya duit”
KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
“ Anakku, Ibu masih punya duit”
KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku “Maaf nak, Aku tidak terbiasa hidup di Negeri Orang”
KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung,
harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik
langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang
terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang kelihatan
sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di
wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas
betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan
kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih,
sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata
: “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan”
KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Sumber : https://www.facebook.com/KCLDKN.Kosuke
No comments:
Post a Comment