Lose Navigation Part I ( Best Friend Forever II )
Aku
mencoba memandangnya dengan pasti, menyusuri identitasnya, aku tersentak kaget,
dia adalah temanku sendiri anggota Bf2, sejak
kecil hingga sekarang kalau tidak
ada yang berubah yang aku tahu namanya adalah Nurel. Keherananku seperti aku
baru saja mengenalinya. Senyuman nya itu penuh khas, orang yang sedang bersedih
tersentak tersenyum jika memandangnya.
Bersambung….
google dan edit |
Terik matahari disiang itu,
memaksaku mengeluarkan butiran-butiran kecil yang aku namai keringat. “ cuii “ aku kaget, “ kapan dan dimana ? “ pertanyaan itu menghadapkanku pada
kebingungan, kapan dan dimana. Aku yang tidak pernah masuk kelas Bahasa
Indonesia, atau aku yang tidak mengikuti perkembangan zaman ya. “ ayolah cuii, suntuk ni,” aku sedikit mulai mengerti, temanku Licha
ngajak traveling. Licha ini makhluk yang unik kalo aku namai. Dia dan aku
sangat berbeda, walaupun sama-sama di Indonesia, sekali lagi entah aku yang
tidak mengikuti perkembangan zaman. Dia penganut
Feminim-isme bukan Feminisme
ya kawan. hati-hati lo bedainnya, entar bisa salah arti,
sedangkan aku yang penting Eksisme, aku sendiri juga bingung kapan paham itu
disahkan, dan apakah sudah benar dalam penyebutan namanya, hmmm lupakan sajalah.
Licha seorang gadis belia yang sangat memperhatikan gaya, dan sangat menata
kata kalau didepan
sang pria.
Namun, ada misteri dibalik itu
semua, jika penilaian dari aku pribadi sih, Licha seorang gadis belia suka
gaya, tapi kalo ngomong itu seperti kereta api kehilangan rel. Dunia tidak
adil, Bf2 merasa didiskriminasikan, dihadapan pria katanya sangat tertata, didepan kami ngrocos tanpa
ongkos. Aku sudah berusaha memberi penjelasan dan pemahaman kepada Bf2, namun
mereka tetap gak bisa terima, bahkan mereka sudah menyiapkan pengacara, hal ini
akan dibawa kemeja hijau, Lebayy . . .mulai deeeh.
“
Bila terdengar suara adzan, bergema sayup menjelaaang pagi, zrzrzrzrzrr oh rembulan,
temani lah diriku ,” sang Qasidator kami konser dikelas, sambil
berdandan menatap wajah keduanya dicermin. “ tang tang taaaang “ suara pukulan
keras. Aku yakin ini pasti peserta Indonesia Idol yang
gagal tadi masuk kekelas. “ dik, gak
boleh seperti itu, kita udah besar, jangan di ulangi lagi ya adik sayang,“ ternyata selain sebagai Qasidator Nayla juga
penasehat umum kelas XII IPA. Uniknya adalah, sambil berqasidah, sembari
menasehati, namun tangan, dan mata tetap dihadapan cermin, mungkin melihat raut
wajahnya sendiri, apakah berubah setelah menasehati. berubah gak yaa ???
Aku pandang disudut kelas, aku
melihat seorang gadis seperti sedang menderita, sedang dirundung kegalauan, aku mencoba mendekatinya, mungkin dengan
kehadiranku sedikit mengobati lukanya. “
kamu kenapa wahai sahabatku dunia akhirat ?,”
Bersambung….
write : Annisa
No comments:
Post a Comment