Pages

Thursday, January 17, 2013

Lose Navigation Part I ( Best Friend Forever II )


google dan edit
 Aku mencoba memandangnya dengan pasti, menyusuri identitasnya, aku tersentak kaget, dia adalah temanku sendiri anggota Bf2, sejak kecil hingga sekarang kalau tidak ada yang berubah yang aku tahu namanya adalah Nurel. Keherananku seperti aku baru saja mengenalinya. Senyuman nya itu penuh khas, orang yang sedang bersedih tersentak tersenyum jika memandangnya.

Terik matahari disiang itu, memaksaku mengeluarkan butiran-butiran kecil yang aku namai keringat. “ cuii “ aku kaget, “ kapan dan dimana ? “ pertanyaan itu menghadapkanku pada kebingungan, kapan dan dimana. Aku yang tidak pernah masuk kelas Bahasa Indonesia, atau aku yang tidak mengikuti perkembangan zaman ya. “ ayolah cuii, suntuk ni,”  aku sedikit mulai mengerti, temanku Licha ngajak traveling. Licha ini makhluk yang unik kalo aku namai. Dia dan aku sangat berbeda, walaupun sama-sama di Indonesia, sekali lagi entah aku yang tidak mengikuti perkembangan zaman. Dia penganut
Feminim-isme bukan Feminisme ya kawan. hati-hati lo bedainnya, entar bisa salah arti, sedangkan aku yang penting Eksisme, aku sendiri juga bingung kapan paham itu disahkan, dan apakah sudah benar dalam penyebutan namanya, hmmm lupakan sajalah. Licha seorang gadis belia yang sangat memperhatikan gaya, dan sangat menata kata kalau didepan sang pria.

Namun, ada misteri dibalik itu semua, jika penilaian dari aku pribadi sih, Licha seorang gadis belia suka gaya, tapi kalo ngomong itu seperti kereta api kehilangan rel. Dunia tidak adil, Bf2 merasa didiskriminasikan, dihadapan pria katanya sangat tertata, didepan kami ngrocos tanpa ongkos. Aku sudah berusaha memberi penjelasan dan pemahaman kepada Bf2, namun mereka tetap gak bisa terima, bahkan mereka sudah menyiapkan pengacara, hal ini akan dibawa kemeja hijau, Lebayy . . .mulai deeeh.

“ Bila terdengar suara adzan, bergema sayup menjelaaang pagi, zrzrzrzrzrr oh rembulan, temani lah diriku ,”  sang Qasidator kami konser dikelas, sambil berdandan menatap wajah keduanya dicermin. “ tang tang taaaang “ suara pukulan keras. Aku yakin ini pasti peserta Indonesia Idol yang gagal tadi masuk kekelas. “ dik, gak boleh seperti itu, kita udah besar, jangan di ulangi lagi ya adik sayang,“  ternyata selain sebagai Qasidator Nayla juga penasehat umum kelas XII IPA. Uniknya adalah, sambil berqasidah, sembari menasehati, namun tangan, dan mata tetap dihadapan cermin, mungkin melihat raut wajahnya sendiri, apakah berubah setelah menasehati. berubah gak yaa ???

Aku pandang disudut kelas, aku melihat seorang gadis seperti sedang menderita, sedang dirundung kegalauan, aku mencoba mendekatinya, mungkin dengan kehadiranku sedikit mengobati lukanya. “ kamu kenapa wahai sahabatku dunia akhirat ?,”

Bersambung….

write : Annisa

No comments:

Post a Comment